Friday, March 4, 2011

Cerpen moral


Seorang Penulis Cilik

Tedi adalah seorang anak berumur 12 tahun yang memiliki hobi menulis.  Dia adalah seorang loper koran. Ia putus sekolah semenjak kedua orang tuanya meninggal 2 tahun lalu, dan penghasilannya sebagai loper koran tidak cukup untuk bersekolah.  Penghasilannya sehari – hari hanya cukup untuk makan, dan bila ada sisa uang, Tedi menabungnya untuk membeli buku tulis untuk menyalurkan hobinya menulis.
Suatu pagi, Tedi hendak mengambil koran dari agen untuk diantar ke rumah – rumah para pelanggan koran. Di perjalanan, Tedi melihat seorang lelaki tua yang kesulitan untuk menyebrang jalan.  Karena kebaikan hati Tedi, Tedi pun berhenti dan meminggirkan sepedanya lalu membantu lelaki tua tersebut menyebrang.  Setelah sampai di sebrang jalan, lelaki tu itu berkata, “Terima Kasih anak muda, kau pemuda yang baik hati, temui aku di alamat ini.” Lelaki tua itu memberi sebuah kartu nama pada Tedi.  Tedi menjawab dengan bingung, “B-b-baik lah.”
Hari sudah sore, Tedi pun telah selesai bekerja, ia teringat dengan perkataan lelaki tua tadi yang menyuruhnya dating ke alamat yang diberikan.  Awalnya ia bingung apakah ia akan datang atau tidak.  Akhirnya ia memutuskan untuk datang menemui lelaki tua itu.  Sesampainya disana ia bertemu dengan lelaki tersebut.
Mereka pun mulai berbincang – bincang.  Ternyata nama lelaki tersebut adalah Ivan. Ia adalah seorang penulis di zamannya dulu.  Namun, sekarang ia sudah tidak aktif menulis lagi.  Lalu, ia bertanya pada Tedi, “Omong – omong, apa hobimu anak muda?” “Aku suka sekali menulis,” jawab Tedi. Ivan yang tertarik mendengar hobi tedi tersebut bertanya, ”Oh ya? Bolehkah aku melihat hasil karyamu?” “Tentu saja,kebetulan aku membawa sebuah karyaku,” jawab Tedi sambil mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. “hmm,coba aku lihat,” kata Ivan. “Silahkan saja,’ jawab Tedi. “Cerita ini bagus,maukah kau membawakanku karyamu yang lain? Aku mempunyai teman yang bekerja di penerbit, mungkin aku bias memintanya menerbitkan karya – karyamu,” kata Ivan. “Benerkah? Tentu saja aku mau membawakannya besok,” jawab Tedi dengan antusias. “Jadi,temui aku besok disini ya,” kata Ivan. Tedi menjawab, “Baiklah.”
Keesokan harinya, Tedi menemui Ivan di tempat yang sama.  Sesampainya disana, ia melihat Ivan bersama temannya.  Lalu Ivan berkata, “Hai, Tedi, perkenalkan ini Terre temanku yang kuceritakan kemarin.” Tedi dan Terre pun saling berkenalan. “Jadi…kudengar kau mempunyai karya – karya yang cukup bagus, Tedi, bolehkah aku melihatnya?” “Tentu saja,” jawab Tedi sambil memberikan beberapa hasil karyanya. Terre pun membacanya dan berkata, “Karyamu benar – benar bagus,aku akan menerbitkannya,aku akan mengabarimu akhir minggu ini.” “B-b-benarkah?”Terima kasih banyak,” jawab Tedi tergagap. “Ya, aku serius, sekarang pulanglah,” kata Terre. Tedi pun pulang dengan wajah berseri – seri.
Seminggu kemudian, Terre datang ke rumah Tedi, dan memberi kabar bahwa karya Tedi akan diterbitkan dalam waktu dekat. Tedi yang setengah tidak percaya pun berkata, “Apa kau serius?” “Ya,aku serius,karyamu akan terbit 2 bulan lagi,” kata Terre. “Aku tidak bisa mengatakan apa – apa selain berterima kasih,” kata Tedi.  Terre menjawab, “Tidak masalah, sebaiknya kau berterima kasih pada Ivan yang telah mengenalkanku padamu.” “Ya,itu pasti,aku akan segera menemuinya.”Terre pun pulang setelah memberi kabar bahagia tersebut. Tedi dengan sigap menaiki sepedanya dan pergi ke tempat ia biasa menemui Ivan.  Dan benar, ia langsung bertemu Ivan pada saat itu. Langsung saja Tedi berkata, “Terima kasih banyak karena kau telah memperkenalkan aku pada Terre,dan sekarang karyaku akan diterbitkan!” “Benarkah? Selamat!” kata Ivan. “Ya, sekali lagi terima kasih,” kata Tedi. “Tidak masalah, karena kau anak yang baik,” jawab Ivan.
2 bulan kemudian, karya Tedi diterbitkan. Dia pun mulai sibuk mempromosikan bukunya. Dan buku karyanya pun terjual dengan laris.

 Note : Terserah kalo menurut lo ini aneh, gak penting atau apapun. Sekedar iseng ~



1 comment: